Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

'Terhormat'

Tak habis pikir jadinya Otak dan kepala pejabat (terhormat) tak ada isinya Hanya ada bogem serampangan dilepas liar di sana Di antara emosi gila mendarat di muka Katanya wakil rakyat Melawan bisik licik iblis saja tak kuat Katanya pejabat terhormat Mengotori amanah berlagak seperti jagoan hebat Entah apa yang kalian cari di sana Uang? Masih belum cukup rupanya Entah apa yang kalian ributkan di sana Harga diri? Itupun sudah tak pantas kalian punya Sudah!! Balik saja kalian jadi rakyat biasa Usah lagi datang dan berdiam di istana kami yang terhormat Sebab kalian sudah tak pantas mendapat hormat Tamat!!

Doa-Doa Tengadah

Dan hujan kembali melukis senyum rekah Di dedaunan basah Di rebah tanah Di jiwaku yang mencandu rinai hujan mengantar pada doa-doa tengadah Mustajabah

Cinta Di Kelebatan Hujan

Aku temukan cinta di kelebatan rinai hujan Terjatuh bersama berkah dan rahmat yang mencumbu rerumputan Ah, aku tak kuasa melukiskan ke-Mahaan-Mu dalam rupa sajakku Sebab hanya ingin kugenggam kasih-Mu dalam sujud dan lisanku Pada-Mu

Tikus-Tikus Berkuasa

Aku bertanya pada hitam Masihkah ada putih di sebalik sekam? Merangkak pergi dari gelap yang mengancam Mencari tuhan lumpuh yang biasa membawa gada Menegakkan adil tanpa pandang siapa Meski peluru dan darah mungkin saja sudahi nyawa Aku masih akan terus bertanya dan siaga Selama tikus-tikus masih mencuri cara Bagaimana meloloskan makan malam di meja paripurna Bagaimana menuntaskan kantong lapar dalam satu suara Sungguh celaka!! Tikus-tikus masih saja mau kuasa

Tuhan Batu, Tuhan Baru

Kita ini hidup di zaman batu Batu yang mewujud Tuhan-Tuhan palsu Di mana-mana habis diburu Dicari dan jadi majikan baru Di pasar gelaran menggoda rayu Di gelap goa-goa berbekal palu Kita ini hidup di zaman kegilaan Apa saja bisa menjadi Tuhan Harta, tahta, kuasa, dan batu berkilauan Yang 'katanya' sayang dilewatkan Yang 'katanya' punya kekuatan Sehari-hari dirawat dan dimandikan Sehari-hari menghamba pada yang diper-Tuhan-kan Kita ini hidup di zaman edan Segalanya tak lagi bisa dibedakan Mana hamba mana tuan Mana berhala mana Tuhan Sekian!

Negeri Para Pencuri

Inilah negeri para pencuri Tiba-tiba saja hukum menyisakan sangsi Siapa tersangka dan ditersangkakan sulit dipahami Mungkin kita mulai tak peduli Sebab politik adalah pentas kecil basa-basi Siapa mau kuasa bolehlah dibeli Yuk, siapa mau ikut berdiri? Tikus-tikus koruptor musnah harga mati!!

Dan Hujanpun Membawa Doa-Doa Menjemput Jawab-Nya

Gambar
Salam Pena Dalam catatan singkat ini, izinkan saya sedikit berkisah. Perihal sesuatu yang mungkin sangat tidak menarik untuk ditulis, terlebih dibaca. Tapi apapun itu, ini hanya sebuah tulisan, bahasa lain dari ucap yang ingin terbebaskan, lepas dari bisu yang memenjarakan. Oke, saya ingin mengawalinya dengan tanggal pernikahan. Hmmm , gak penting sih ! Gak penting buat gue (pembaca). Yup, sabar dulu ya… Saya resmi mempersunting Solikhati Anggraeny (istri saat ini) pada tanggal 30 Agustus 2014, sebulan pasca bulan Ramadhan. Pernikahan itu sepertinya agak menjadi kabar dadakan bagi sebagian sahabat di kantor PPPA DaQu CBD Ciledug. Bukan tanpa alasan. Siapa sosok yang akan diajak ke pelaminan selama ini memang terbilang misterius bagi lingkungan kantor tempat bekerja. Tidak pernah sedikitpun ada isyarat sahih siapa calon tunggal sang istri di pelaminan kelak, seperti apa sosoknya, orang dalam atau luarkah?. Maka tak ayal, saat penyebaran surat undangan pernikahanpun sebagian m...