Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Kasur Dari Surga

Entah apa yang ada di pikiran mereka Tidur saja harus beralas lembut surga Kasur senilai 12 milyar dianggarkannya Gedung baru seharga lebih 1 Trilyun disodorkannya Entah kemana mata dan telinga mereka Harga daging tak kunjung reda Rupiah kian terkapar meroket gila Dan mereka membuat lelucon 'semua baik-baik saja' Entah di mana letak martabat dan nurani mereka Yang harusnya bisa bekerja keras membangun bangsa Yang harusnya menanggalkan syahwat harta dan kuasa Malah mengumpat licik di balik prasasti proyek yang masih enggan ditandatangani presidennya Astaga!

Mengalah Pada Waktu

Duhai lembayung sore yang menguning di langit tinggi Ingin kukemasi hati lalu bergegas pergi Meninggalkan amuk cinta di tengah larik puisi Sejenak saja biarkan aku sendiri Usah kau bawa kembali manis rindu yang telah kutebas mati Di hari itu Di senja sore yang meluruhkan airmatamu di hadapku Lewat tatap terakhir kala itu baru kutahu Wangi mawar terlalu kuat meninggalkan duri perpisahan yang baru saja ranum di kalbu Kau dan aku harus mengalah pada waktu Yang tak berpihak membawakan takdir cinta mengharu biru Duhai bidadari malam yang sembunyi di terik siang Kubenamkan seribu janji kita yang kini menjadi arang Sebab aku tak ingin terjerembab dan kembali pulang Pada cekam gelas hatimu yang membawa rindu untuk kita tuang

Merah Putih Di Segelas Kopi

Kulihat merah putih di segelas kopi Ada merdeka berkumandang dalam hati Hari ini bangsaku tak sendiri Kibar bendera kembali menangis di tiang tertinggi

Tentang Kau Yang Bersama-Nya

Ada rindu di kejauhan Tentang hujan Tentangmu yang telah di pembaringan Masih menyisakan sesak di dada Sebab akhirmu tak sempat kujumpa Meski kini kau baik-baik saja bersama-Nya

Ajari Aku Menulis Lagi

Kapan kau akan mengajariku menulis lagi? Aku ingin meminjam tangis di matamu Atau lengkung manis senyum di bibirmu Yang menuntun rima menuang makna Menyulam kata demi kata Kau dan aku lebur di sana Bersitatap membaca cinta Menahan degup membara di dada

Hujan Malu-Malu

Kembali menikmati hangat mentari Setelah kemarin hujan malu-malu mencumbu bumi Melepas rindu yang telah lama dipendamnya sendiri Merapal keluh dedaunan dan rumput kering yang hampir mati Kembali menitipkan doa Pada Dia Yang Maha Kuasa Kiranya hari ini hujan kembali dengan gembira Memeluk tanah dan sawah-sawah yang dahaga Masih mengiba secawan telaga kasih-Nya

Bila Malam

Bila malam tak lagi menyisakan rindu Biarlah aku menutup pintu Dan kutulis sebuah puisi Sebab jiwaku telah lama pergi Mencarimu di tumpukan kata-kata yang mati