Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Sajak Rindu

Cinta Kini jadi serpihan candu Tertinggal sepi di rekah jiwa tanpamu Ketika sajak-sajak rindu ditelan detik bisu Ketika rekah cinta bermanja di relungku

Dingin Merayapi Bumi

Hujan ini Membawa dingin di sebalik malam merayapi bumi Genang beranjak pergi mencari ruang tuk sembunyi Diam-diam ku merindu mentari Membelai hangat wajah merambati pagi

Gula Tak Semanis Janji

BBM naik! 'Ini pilihan terbaik' Itu jawabmu di halaman rubrik Atau di riuh panas panggung politik Sementara, di sana si kumal bau tergilas tercekik Di sini si penadah iba meradang memekik 'Tak ada jalan lain' Itu katamu pada bincang yang lain Tempo itu baru saja kita simak janji-janji Tempo ini baru saja harga membawa luka hati Rupanya gula tak pernah semanis bualan janji Bukankah harga minyak merangkak turun? Atau isi kepala mereka mulai pikun Bukankah mereka hanya mengisi kantong-kantong lebar? Atau hanya kita yang dipaksa terus bersabar . . .

Sajadah Alpa dan Dosa

Dalam sunyi di lekat pagi yang mulai menepi Aku mengetuk-Mu membawa tangis doa-doa Kiranya Engkau menaburkan cinta ke hamparan sajadah alpa dan dosa-dosa

Menemui-Mu Dalam Doa-Doa

Dalam rinai hujan yang berjatuhan Aku menemui-Mu dalam sunyi doa-doa yang kupanjatkan

Sekumpulan Catatan Yang Terlindas

Di dunia kunang-kunang dalam gelas Kita hanya sekumpulan catatan yang terlindas Tergilas wajah-wajah angkuh dan serakah yang membuas Keadilan kian ranggas Teriakan kian tandas Semoga Tuhan masih mendengar langkah-langkah kaki mereka yang tak beralas

Yang Tak Pernah Tuntas Kita Baca

Waktu terkadang memang tak pernah ingin bersahabat Meski dingin mulai merambati lengang malam Meski sayu di matamu mulai gelisah dirajam lelah Meski peluh di tubuhmu mulai kering dan menguning Dunia memang terlampau pongah Tak peduli hitam terbuang asing dari putih Tak peduli ringkih di tepian gelap yang menindih Tak peduli resah tubuh-tubuh serampangan rebah Hanya ada cerita yang tak pernah tuntas kita baca Hanya ada janji-janji yang tak pernah nyata kita rasa Hanya ada doa-doa yang tak pernah henti kita pinta Hanya ada tangisan yang tak pernah reda kita dengar di sana Di berai hidup yang kian aksa dari Tuhan dan lengking jelata

Memelukmu Dalam Cemas

Waktu seketika berhenti Kala engkau hanya tubuh tak bicara Tak pula gerak membawa kabar nyawa Tergolek diam tanpa kata Seketika jantungku mati Memelukmu dalam cemas yang mengganas Otakku tak lagi mampu berpikir waras Sekelebat cekam tiba-tiba datang membawa naas Sungguh, itulah ketakutanku paling gila Terjerembap di antara ilusi dan nyata Kehilanganmu rupanya lebih dari kehilangan raga Tapi separuh jiwaku tak lagi di sana Di pelukan tubuhmu yang terbujur diam tanpa kata