Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Tentang Hujan

Pada episode hari ini Hujan masih berjatuhan menggenang sore mati Tanpa senja yang biasa menawarkan seni ilahi Tergantung di langit paling ujung Merambati kalbu hingga tatap mematung Ah, mungkin aku sudah terlalu rindu Pada hangat mentari yang memburu Sedari pagi bertandang gontai malu-malu Membawa pendar ke ubun-ubun dan mata sayu Tuhan Rupanya Engkau terlalu Pemurah Menyimpan doa-doa kecilku di antara dedaunan basah

Adakah Jakarta mulai berpikir?

Adakah Jakarta mulai berpikir? Melarikan diri dari segerombol prajurit banjir Yang siaga melumat setiap jengkal tanah terakhir Tenggelam oleh cekam rasa khawatir Adakah Jakarta mulai tak bersahabat? Laju waktu kian tergopoh dan melambat Sementara tubuh-tubuh diterjang sekarat Tertawan genang hujan dan sampah yang menjerat Sampai di sana aku hanya bisa berdoa Semoga Ia tak hendak menabur lara airmata Pada napas-napas jelata di mulut kali yang menganga Atau di kolong jembatan yang berteman bising ibu kota Semoga . . .

Telaga Doa-Doa

Hanya hening Yang terdiam di balik dinding Tak lagi ihwal hujan menelanjangi awan murung Atau gelegar kilat mengusik renung Hanya hatiku merindu kata Yang terucap dari bibirnya menjadi nasihat jiwa Menjelma suci telaga doa-doa Dan langkahku ringan menjejak nisbi dunia Duhai ibu Adakah engkau ingat? Pada laku kecilku yang nakal di ujung sore yang merambat Adakah engkau lupa? Pada gurauan jenakaku yang menyesaki tawa di tengah keluarga Rupanya kita tak pernah terpisah radius rindu Napas ini masih bersama nasihat-nasihat itu Nadi ini masih bersama doa-doa itu Darimu Ibu

Presiden Tawanan

Al kisah di negeri ini Ada presiden pusing sendiri Tersandera partai Berhadapan rakyat ramai Pilihannya antara melantik segera Atau tunda sambil pikirkan lain cara Si calon Kapolri rupanya gerah mulai mencari mangsa Wakil KPK diciduk dijadikan tersangka Satu-persatu ditahan dipidana Entah apa muasal itu semua Rakyat berbondong pasang badan Bersiap membela KPK tanpa bayaran Sebab cinta telah melekat di ingatan Tak ingin korupsi kembali menjadi tuan Di tanah pertiwi yang pesakitan Duhai Pak Presiden yang kami hormati Masihkah engkau terus patuh pada ibu Suri? Sementara rakyat menantimu tegas berdiri Sementara hukum menantimu di belakang kemudi Tak lagi tersandera partai dan petinggi-petinggi Tak lagi dipermainkan teror-teror banci Sebab bangsa ini sudah terlalu lama tersakiti korupsi