Loe Gue, Friend!

 


Kata orang/sahabat lainnya, kita berdua seperti sepasang sayap. Hilang satu, apalah guna tubuh tanpa kepak sayap lainnya. Di kesempatan lainnya ada pula yang bilang, kita ini seperti bumi dan langit. 'Gue' tinggi, 'Loe'?. Ga sepadan. Tapi uniknya, terlepas dari kacamata kekurangan dan kelebihan, kita adalah sahabat seperjuangan yang tak terpisahkan. Dipertemukan di arena kampus intelek (UIN Jakarta) tahun 2004 lewat sebuah organisasi IMM Ciputat yang kental dengan tradisi dan prestasi. Maka jangan tanya, kenapa kita masih terus merindukan tanah Ciputat sebagai rumah kedua. Tempat dimana otak dibedah dan diolah laiknya siswa bergelar maha (mahasiswa). Bukan lagi mahasiswa biasa yang datang dan pergi 'ngampus' tanpa value added di otak, etos, dan mental di masyarakat.

Ya, sedikit banyak, sahabat saya yang satu inilah yang banyak membantu membuka nalar di kepala tentang pentingnya menjadi mahasiswa yang tak bangga menyandang gelar mahasiswa biasa-biasa saja. Tapi harus ada spirit lain yang mampu dibawa. Yaitu spirit anggun dalam moral, unggul dalam intelektual. Maka 3 tahun mengabdikan diri di IMM Ciputat bukan lagi menjadi kisah tong kosong. Tapi tentunya sarat akan kenangan manis di dalamnya.

Dari sekian banyak sahabat di satu kepengurusan, saudara Edi Setiawan, SE, MM inilah yang terus bersama pasca sudah tidak lagi stay di kantor cabang. Ngekost bareng, pindahan bareng, tapi lulus masing-masing. Jika saya lulus di tahun 2009, maka dia jauh lebih awal lulus, tepatnya di tahun 2007. Saking kompaknya, kita berdua punya passion yang sama, yaitu dunia literasi. Jika dia konsen di dunia tulis jurnalisme media massa dan percetakan. Maka saya konsen di dunia tulis sastra, utamanya puisi. Seperti persaingan sehat, kita sibuk dengan rutinitas karya masing-masing.

Anehnya, kekompakan kita terus terbawa hingga pada hobi yang sama. Yaitu olahraga Footsal. Seperti serial kartun Tsubasa dan Misaki. Maka di arena Footsal, sayalah yang paling faham dan mengerti bagaimana melengkapi kekurangan dia dalam hal menjadi goal scorer. Sebab dia paling tahu bagaimana menerima passing dan assist terbaik dari kaki ini untuk menyelesaikannya di depan gawang. Jangan ditanya sudah seberapa banyak goal itu datang hanya dari insting kita berdua dalam meracik dan mengolahnya menjadi goal.

Satu lagi yang menjadi keunikan di antara kita. Ternyata hari pernikahan di antara masing-masing kita hanya berselang seminggu saja. Ck..ck..ck.. Emang 'ngga' mau kalah ya. Hahaha.

Ya, this is a little story of us.

Best friend, always life in the best story.


Pic: Spagety Pedaas, Ciputat, 19-02-2016.

Komentar

  1. Anak jaman sekarang menyebutnya "Bestie" ka 😁

    Sama seperti Uun dan Arik. Klo pergi kemana2 sendiri, mesti di tanyain. Uun mana ? Atau sebaliknya, Arik mana ?.

    Alhamdulillah, Ciputat bukan hanya menyuguhkan literasi, tapi juga Bestie.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi gak pake 'Beauty' kan, Un? Hehehe
      Terima kasih sudah berkenan mampir. :-)

      Hapus
  2. Ini persahabatan berkesan banget ya kak, sampai-sampai diabadikan dalam blog. Memang Ciputat itu bukan cuma buat kuliah, tapi juga buat nyari sodara..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau dikupas dalam tulisan sih bisa berjilid-jilid halaman blog jadinya, Rik. Terlalu banyak memori yang tertinggal di ingatan. Ada episode jadi panitia Bimtest bareng, bikin bank soal, jemput buku bimtest bawa motor sampe nyeruduk metromini dari belakang, yang punya motor marah-marah. Ada lagi episode saya sakit keras, bandel gak mau minum obat, Kanda Edi itulah yg tetap sabar menemani dan bantu penyembuhan. Ada lagi episode berjibaku cari kader-kader baru, pindahan kostan sampai motor raib digondol maling. Banyak sekali yang belum diceritakan. Bisa jadi novel mungkin. :-)

      Hapus
  3. Ingatanku tentang ciputat kenapa mulai kabur? Atau memang sengaja dikaburkan,

    BalasHapus

Posting Komentar

Terbaru

Latihan

Warjito (Sebuah Memori dalam Puisi)

Yang Terserak Hilang Jejak