Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Perempuan Paruh Baya dan Asap Tengil Di Mulutnya

Gambar
Seorang perempuan paruh baya Duduk santai di bawah rindang dedaunan kelapa Di sela jari tangannya sebatang rokok terus menyala Sesekali dihisapnya, dibuanglah asap tengil ke udara Dua bocah kecil nan lugu berbisik dari telinga ke telinga Ditatapnya perempuan itu dengan wajah tak percaya Tak ditemukan pemandangan seperti itu di rumahnya Tak juga ada di pelajaran buku-buku sekolahnya Perempuan dengan kepul asap rokok di mulutnya Gado-gado pesanan telah selesai untuk dibawa Sembari menatap dua bocah yang masih ternganga Kuhempaskan senyum dan berdoa Semoga kelak kalian tak kehabisan cita-cita Bila esok tabu tak lagi ada Bagi perempuan dengan sebatang rokok dan asap tengil di mulutnya                                                                    Tangerang, 20 September 2017

Anak Indonesia Itu Hebat!

Gambar
19 Agustus 2017, Lebak-Banten —True story— Siang itu, selepas perjalanan jauh naik turun bukit, masuk ke desa-desa yang menguras fisik untuk menemani keluarga bertandang ke rumah calon besan dari adik, tepatnya di kampung Cikaak, Desa Giriharja, Lebak-Banten, saya duduk-duduk sambil ngemong jagoan di warung kecil milik si calon besan. Kebetulan tutup warungnya. Entah tutup karena hari sabtu, atau memang penghormatan pada rombongan tamu yang hadir ke rumahnya. Yang tetap dilayani adalah jual beli bensin dalam bentuk Pertamini. Karena memang cuacanya yang terik di siang bolong, jadilah saya memilih berteduh di warung itu, selain karena alasan kesehatan untuk jagoan kecil, sebab dua keluarga yang sedang berkumpul di rumah calon besan itu sedang terlibat perkelahian sengit. Tepatnya perkelahian asap rokok dari banyak individu yang sedang berbincang santai di dalam ruangan utama, alhasil penuh sesaklah ruangan itu oleh asap putih makhluk halus bergentayangan. Karena saya bukan perokok, dan...

Pendusta Agama

Al-Maa’uun 1/2/3/ Tengoklah itu para pendusta agama Gemar menumpuk harta namun lupa Kapan terakhir kali berbagi bahagia Sisihkan secuil saja apa yang dipunya Untuk mereka kaum tak berada Anak-anak yatim dan kaum miskin berwajah iba Yang terkadang pergi membawa ngiang ucap hardik tinggalkan luka 4/5/ Sungguh celaka orang-orang sholat itu Masih saja lalai menunda-nunda waktu Sementara Tuhannya terus merayu Dalam seruan kumandang adzan bersahut beradu 6/ Merekalah yang sedikit ibadah namun wah dibungkus riya’ Diberitakannya sujud dan doa di aneka sosial media Dibagikannya puja dan amal dalam foto penuh bangga Meski sejatinya hanya ilusi yang akan dibawa Tak pernah menjadi bekal apa-apa 7/ Masih pantaskah kita mendamba surga? Sementara memberi masih menderma sisa Menyisihkan apa yang tak lagi guna Sungguh celaka!                                                 Tangerang, S...

Yang Terserak Hilang Jejak

Gambar
Dalam perjalanannya, bisa dikatakan menulis tak pernah menjadi pekerjaan yang mudah. Selalu ada pengalaman dan rintangannya sendiri. Selalu ada liku, duka, dan kesenangannya sendiri. Tapi di sanalah letak asyiknya menjadi seorang penulis. Selalu ada ruang yang begitu besar untuk terus belajar, menjadi diri sendiri, berani menuangkan ide, menawarkan gagasan pun memberikan warna yang berbeda. Saya sendiri dalam perjalanan panjang kepenulisan lebih banyak belajar secara otodidak. Mulai serius mendalami sastra puisi sejak di dunia perkuliahan, tepatnya sejak aktif di organisasi ekstra kampus IMM Ciputat. Meski bertumbuh di lingkungan yang kental dengan dunia menulis dan literasi, serta dibekali jejak para senior dan kawan yang sangat produktif menulis di media massa, tapi saya akhirnya lebih memilih jalan sunyi. Banyak membekali diri dari buku-buku sastra yang dibaca, baik cerpen, novel, fabel, maupun puisi. Tapi tentu tak hanya buku sastra, buku dengan topik sains, sosial, budaya, sampai...

Kita Pernah Menjadi Juara (Sebuah Kisah)

Gambar
Keterangan gambar (fokus pada yang memakai rompi), kiri ke kanan: Bawah: Meidi Chandra - Fijar Fauzi - Rully Firmansyah - Didin - Ilham Badawi - M. Syahril Atas: Maman - Iqro Zain al Muttaqien 2017 How can we become the winner? Berikut ulasan lengkapnya   Let’s check it out Road to be the winner 1/ PPPA TIM A vs PU (Perdelapan Final) (Skor : menang WO, sebab tim lawan tak hadir saat pertandingan) 2/ PPPA TIM A vs ME dan OB (Perempat Final) (Skor : 5 – 2) 3/ PPPA TIM A vs SDQI Bandung (Semi Final) (Skor : 4 – 1) 4/ PPPA TIM A vs Shigor Putra (Final) (Skor : 5 – 3) Easy like that? Of course not! Ada jalan proses dan panjang yang harus dilalui sebelum kami bisa mengkalim diri menjadi juara dan menahbiskan diri sebagai tim terbaik dalam turnamen futsal edisi tahun 2017 kala itu. Berawal dari kegagalan demi kegagalan dalam dua kali kesempatan sebelumnya dan harus puas menyandang predikat sebagai spesialis runner up, di tahun itu saya diberi tanggung jawab untuk membentuk tim futsal ...

Chairil Anwar dalam Sebuah Catatan Asrul Sani (Sahabat sekaligus Penyair)

Gambar
  Pertama kali saya be rtemu Chairil Anwar di Pasar Senen waktu zaman Jepang, ketika itu dia masih bercelana pendek dan dan saya juga. Kami berjumpa di sebuah toko buku bekas, kini tak ada lagi karena telah rata dengan jalan raya. Di sana langganan kami menjual buku yang tak dibaca lagi, sekaligus tempat berburu buku-buku loak yang mungkin menarik untuk dibaca. Bahrun Rangkuti, seorang mahasiswa sastra pernah meminjami sajak-sajak Chairil. Judul sajak-sajak ketikan itu 'Deru Campur Debu'. Dalam pertemuan pertama itu Chairil tampak sangat lusuh, wajahnya kotor, bajunya kumal, matanya merah. Kelihatan tipenya pelahap buku. Saya menegurnya. Serta merta dia menjawab, "Kau suka baca juga, ya? Kau suka sajak? Mana sajakmu?" Waktu itu kebetulan saya bawa, dan saya berikan padanya. Chairil merasa bahwa di antara kami ada kesamaan dan kedekakatan, dalam hubungannya dengan Pujangga Baru dan sastra modern. Kami jadi akrab. Di Jalan Juanda dulu ada dua toko buku. Toko buku Va...

Menunggu Imam

 20 Mei 2017 (True Story) Alkisah. Tadi sore dalam perjalanan pulang pasca tugas piket di kantor. Karena perjalanan pulang dari Ciledug menuju Cikupa butuh waktu lebih dari 1 jam, dan karena tadi baru pulang dari kantor jam 17:30, sampailah saya di setengah perjalanan. Tepatnya daerah Jati. Jam sudah menunjukkan pukul 18:07, sudah maghrib rupanya. Bimbang, melanjutkan perjalanan dengan konsekuensi memacu gas motor lebih gesit agar tiba di rumah maksimal Pkl 18:30 (sangat telat shalat maghrib), atau singgah sejenak di musholla. Tik, tak. Tik, tak. Akhirnya diambil keputusan untuk sholat maghrib sebelum melanjutkan perjalanan. Melipirlah si tangguh Mega Pro di SPBU. Ternyata mushollanya sudah penuh oleh jamaah maghrib yang juga singgah sejenak di sana. Segera lepas alas kaki untuk ambil wudhu, di depan saya ada satu orang yang lebih dahulu berjalan di depan mengambil wudhu. Ada satu orang sudah berdiri di luar pintu musholla, sepintas diamati bermata agak sipit berkulit lumayan cokel...

Loe Gue, Friend!

Gambar
  Kata orang/sahabat lainnya, kita berdua seperti sepasang sayap. Hilang satu, apalah guna tubuh tanpa kepak sayap lainnya. Di kesempatan lainnya ada pula yang bilang, kita ini seperti bumi dan langit. 'Gue' tinggi, 'Loe'?. Ga sepadan. Tapi uniknya, terlepas dari kacamata kekurangan dan kelebihan, kita adalah sahabat seperjuangan yang tak terpisahkan. Dipertemukan di arena kampus intelek (UIN Jakarta) tahun 2004 lewat sebuah organisasi IMM Ciputat yang kental dengan tradisi dan prestasi. Maka jangan tanya, kenapa kita masih terus merindukan tanah Ciputat sebagai rumah kedua. Tempat dimana otak dibedah dan diolah laiknya siswa bergelar maha (mahasiswa). Bukan lagi mahasiswa biasa yang datang dan pergi 'ngampus' tanpa value added di otak, etos, dan mental di masyarakat. Ya, sedikit banyak, sahabat saya yang satu inilah yang banyak membantu membuka nalar di kepala tentang pentingnya menjadi mahasiswa yang tak bangga menyandang gelar mahasiswa biasa-biasa saja. Tapi...

Ketika Zero Power (Sabar-Pasrah) Ia Ganti dengan Bidadari Malam

Gambar
  05-01-2017 - True Story - Alkisah, seminggu yang lalu, tepatnya di hari senin, jam sudah menunjukkan lampu kuning, maka segera setelah motor dinyalakan, langsung ngacir mengejar waktu masuk kantor agar tak telat parah sampai di kantor. Berangkatlah saya dengan tergesa sembari mengucap doa agar selamat di perjalanan. Sekilas melirik indikator bensin di motor, 'ah, masih dua strip. Sepertinya masih cukup untuk perjalanan pergi-pulang kantor. 'Lho, kok tinggal dua strip?' Sebab baru malam sebelumnya tangki motor diminumi bensin hingga tiga strip. 'Mungkin sempat digunakan adikku tadi malam, paling hanya terpakai sedikit saja,' pikirku. Bismillah, alhamdulillah tiba di kantor dengan selamat. Lumayan kepikiran di perjalanan Cikupa-Ciledug. Sekali lagi melirik indikator bensin, masih dua strip ternyata. 'Ah, aman.' Di waktu jeda istirahat kantor, iseng coba-coba cek isi tas dan dompet. What? Rupanya tak ada uang di sana. Hanya ada beberapa logam ...