Bukankah Kita Pemuda Bangsa?
Pendulum waktu kini telah mati
Terbunuh langsir noktah legam negeri ini
Indonesia,
dan enigma di balik efusi tangis pertiwi
Mencabik lara kaum tak beralas kaki
Di sana,
Di balik tembok-tembok kekar membui mimpi
Di sini,
Di balik sayup-sayup layuh pemuda bangsa kini
Mereka yang berdasi
Nyatanya sungguh tak berbudi
Mereka yang korupsi
Tak ayal dipenggal tajam delusi
Melempar alibi lompati detik-detik eksekusi
Mereka yang berwajah suci
Hanya dusta pun lupa tembuni ibu pertiwi
Berpesta pora di atas tilam-tilam aberansi
Episode kelam kini tak lagi asing
Terbiasa bertahta di tengah carut-marut negeri tak bergeming
Terkesiap menatap tingkah polah pejabat-pejabat maling
Tersandera perut-perut buncit si tebal kuping
Hukum, Sosial, Politik,
Seperti dagelan catur menggelitik insting
Menerka-nerka ke mana lagi dosa-dosa itu menggelinding
Bukankah kita pemuda bangsa?
Lantas mengapa masih tertawa di tempurung yang sama?
Di lingkaran gulita kebodohan dan kemiskinan menganga
Sementara kepal dan lantang suaramu tak lagi menggema
Membakar kepura-puraan, meneriakkan isak-isak jelata
Sembunyi di bilik-bilik letupan celoteh desa
Tak kuasa menggapai dan runtuhkan beton-beton kota
Bukankah kita harapan negeri?
Lantas apa yang telah sanggup engkau beri?
Sebongkah nisan prestasipun seperti jadi ilusi
Kembali terkubur geliatmu yang malas menggurat mimpi
Menuliskan prasasti hebat Akulah Harapan Negeri ini
Indonesia,
dan sejarah harum yang kini telah mati
Tangerang, 2 februari 2013
(lengang malam sudut kostan)
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri"
Bung Karno
Terbunuh langsir noktah legam negeri ini
Indonesia,
dan enigma di balik efusi tangis pertiwi
Mencabik lara kaum tak beralas kaki
Di sana,
Di balik tembok-tembok kekar membui mimpi
Di sini,
Di balik sayup-sayup layuh pemuda bangsa kini
Mereka yang berdasi
Nyatanya sungguh tak berbudi
Mereka yang korupsi
Tak ayal dipenggal tajam delusi
Melempar alibi lompati detik-detik eksekusi
Mereka yang berwajah suci
Hanya dusta pun lupa tembuni ibu pertiwi
Berpesta pora di atas tilam-tilam aberansi
Episode kelam kini tak lagi asing
Terbiasa bertahta di tengah carut-marut negeri tak bergeming
Terkesiap menatap tingkah polah pejabat-pejabat maling
Tersandera perut-perut buncit si tebal kuping
Hukum, Sosial, Politik,
Seperti dagelan catur menggelitik insting
Menerka-nerka ke mana lagi dosa-dosa itu menggelinding
Bukankah kita pemuda bangsa?
Lantas mengapa masih tertawa di tempurung yang sama?
Di lingkaran gulita kebodohan dan kemiskinan menganga
Sementara kepal dan lantang suaramu tak lagi menggema
Membakar kepura-puraan, meneriakkan isak-isak jelata
Sembunyi di bilik-bilik letupan celoteh desa
Tak kuasa menggapai dan runtuhkan beton-beton kota
Bukankah kita harapan negeri?
Lantas apa yang telah sanggup engkau beri?
Sebongkah nisan prestasipun seperti jadi ilusi
Kembali terkubur geliatmu yang malas menggurat mimpi
Menuliskan prasasti hebat Akulah Harapan Negeri ini
Indonesia,
dan sejarah harum yang kini telah mati
Tangerang, 2 februari 2013
(lengang malam sudut kostan)
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri"
Bung Karno
Komentar
Posting Komentar