Impian Sederhana Menjadi Penulis (Part I)
- Bermimpi dan Menjadi
Setiap manusia pasti memiliki mimpi.
Tak terkecuali. Tak terbatas usia, status sosial, bahkan fisik. Tua dan muda,
kaya dan miskin, cacat dan tidak cacat. Impian selalu bisa menembus
dinding-dinding tebal itu, selalu mampu menerabas duri-duri tajam yang siap
menghadang setiap langkah kita. Butuh berbulan-bulan untuk melintasi benua,
butuh berminggu-minggu melewati negara, itu bisa dilakukan hanya dengan
mengandalkan fisik semata. Namun kita hanya butuh 1% inspirasi atau impian
untuk bisa menaklukkan dunia. Seperti halnya ilmuwan ternama Thomas Alfa Edison
yang percaya pada mimpinya untuk menciptakan lampu pijar. Ia berulang kali
melakukan uji coba untuk membuat lampu yang bisa menyala, namun ia selalu
menemui kegagalan dan kebuntuan. Ribuan kali ia mencoba dan mencoba lagi.
Dengan penuh kesabaran, koreksi, intuisi, imajinasi, dan percaya pada mimpi
akhirnya dipercobaannya yang ke 9999 ia berhasil menciptakan lampu pijar.
Seperti impiannya saat itu, kini dunia bisa menikmati hasil karya terbaiknya
berupa bumi yang akan selalu benderang dan dihiasi lampu-lampu pijar di setiap
sudut kegelapan. Melalui ungkapan bijaknya ia pernah mengatakan, “Genius is
1% inspiration and 99%perspiration” (Jenius adalah 1% inspirasi/mimpi dan 99%
keringat/kerjakeras).
Terkadang manusia lupa untuk
bermimpi. Seperti halnya manusia lupa bahwa sesungguhnya hidup di dunia ini
teramat singkat, bahkan terlalu singkat untuk bermimpi dan memikirkan
impiannya. Terlebih, kegiatan menulis maupun menjadi penulis jarang sekali
ditempatkan pada pos utama impian terpenting seseorang. Menulis hanya mengikuti
mood, menulis hanya sekadar iseng, menulis hanya sekadar curhat,
bahkan menulis hanya sekadar menuliskan isi perasaan, kemudian lupakan. Padahal
tulisan-tulisan sederhana pun, bisa menjadi tulisan tak sederhana bila kita mau
mengabadikannya dalam lembaran tertata dan tersimpan rapi dalam file yang penuh
nilai historis tentang kita dan tulisan kita.
Sejak kecil, saya pribadi
mengidolakan Taufik Ismail, HAMKA, Chairil Anwar, Mira W, dan mengagumi
karya-karya mereka. Namun seiring berjalannya waktu, kini saya pun mengidolakan
Andrea Hirata, Asma Nadia, Buya Syafii Ma’arif. Mereka adalah sosok yang banyak
memberi inspirasi dalam setiap ritme kepenulisan yang saya jalani saat ini.
Lewat karya mereka, saya berani untuk bermimpi dan menjadi. Meskipun saat ini
masih jadi sosok pemula yang masih harus banyak belajar dan belajar.
- Menjadi Penulis, Menjadi Pemahat Sejarah dan Keabadian
Dunia tampak buram tanpa kehadiran
sastra. Dunia akan tampak bungkam tanpa kritik dan masukan dari seorang
penulis. Dunia pun akan tampak rindu tanpa kehadiran karya-karya tulis terbaik
dari penulis hebat. Dengan keindahan dan kedalaman misi yang disampaikan,
sastra masih tetap menjadi pilihan netral dan bebas dari keberpihakan. Untaian
kata-kata dalam sastra adalah satu dari sekian media komunikasi yang cukup
efektif menyampaikan pesan moral, mendaratkan kritikan, meluapkan emosi jiwa,
pun sekadar melepaskan sejenak gejolak dan masalah hidup. Sastra adalah nafas
kehidupan yang dimuntahkan dalam kalimat-kalimat cerdas, kreatif, dan
imajinatif meski tidak secara langsung menegaskan maksud yang tersirat. Namun,
karya tulis semisal artikel, opini, resensi, esai tak pula luput dari bidikan
kreatifitas penulis-penulis muda dan penulis handal lainnya yang lama
malang-melintang di dunia literasi negeri ini. Dengan sentuhan imajinasi dan
telaah ilmu yang mumpuni, dunia tulis-menulis di Indonesia selalu mampu
menghadirkan keragaman karya dan eksotismenya sendiri.
Jalaluddin el-Rumi, Kahlil Gibran,
J.K Rowling, Dan Brown, Chairil Anwar, Taufik Ismail, HB Jassin,Hamka,
Habiburrahman el-Shirazy, Andrea Hirata, Mira W, Asma Nadia adalah sedikit dari
sederetan di antara nama yang menokoh dan mendunia ditengah-tengah masyarakat
dunia dan Indonesia hanya karena sedikit sentuhan imajinasi dan goresan
tinta-tinta di atas kertas putih. Sejarah bukan akan mencatat mereka dalam
ribuan nama pahlawan peperangan, bukan pula akan mencatatnya dalam ribuan nama
orang terkaya di dunia. Tapi dengan goresan tintanya, kreatifitasnya, bahkan
dengan impiannya, kelak mereka akan menjadi ribuan bahkan jutaan prasasti dalam
keabadian karya-karyanya.
Ajal mungkin saja hari ini, jam ini,
menit ini, bahkan detik ini menghampiri kita. Tak ada yang tahu pasti kapan itu
terjadi. Namun, pertanyaan sepelenya adalah, apa yang telah kita
wariskan dikehidupan yang singkat ini? Kebanggaan apa yang telah kita berikan
bagi orang lain di sekitar kita? Rekam jejak apa yang telah kita pahat bagi sejarah
kecil kehidupan kita? Tentu hal ini menjadi nilai penting dan fundamental bagi
seorang penulis, apapun itu karya tulisnya. Dunia akan selalu mengenang seorang
penulis melalui karya-karya tulisnya. Dan dunia akan selalu mengabadikan
namanya dalam lintas sejarah tanpa batas. Maka bagi saya, menulis adalah
memahat sejarah dan keabadian dalam karya-karya terbaik yang bisa kita
hadirkan.
- Menjadi Lebih Arif dengan Menulis dan Mencontoh Penulis Lainnya
Menulis tidak hanya sekadar menulis.
Menulis pun bukan hanya menabur kreatifitas dan karya ke dalam lembaran
kertas-kertas putih. Lebih dari itu, menulis adalah menggali ilmu, menulis
adalah menciptakan identitas, dan menulis adalah menghadirkan kearifan bagi
penulisnya. Kita bisa mencontoh kearifan sosial dari sosok Taufik Ismail, Wijhi
Tukul, yang memiliki sensitifitas nilai-nilai sosial dan kritikan atas
ketidakadilan dalam karya-karyanya. Kita bisa mencontoh kearifan jiwa-jiwa
penuh edukatif dari sosok Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, yang berhasil menghadirkan
karya yang kental dengan pentingnya pendidikan dan cita-cita dalam hidup ini.
Kita pun bisa mencontoh kearifan nilai-nilai religius dalam karya-karyanya Asma
Nadia, Habiburrahman el-Shirazy, dan banyak penulis lainnya. Maka, bagi seorang
penulis, menulis adalah menggali ilmu, menghadirkan kearifan, sekaligus
menciptakan identitasnya sendiri yang tercermin dalam karya-karyanya.
Dinukil dari :
==========
Antologi JEJAK PENA : Buku ini berisi kisah-kisah
seru, indah, dan mengasyikkan seputar pengalaman menggeluti dunia kepenulisan dari
para anggota komunitas penulis nasional Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)
dalam berkarya dan menggeluti dunia kepenulisan. Sangat inspiratif dan akan
membakar semangat menulis Anda.
==========
ANTOLOGI JEJAK PENA, Ninth Book
Penasaran dengan kelanjutannya? Ikuti terus kisahnya dalam part II
ANTOLOGI JEJAK PENA, Ninth Book
Penasaran dengan kelanjutannya? Ikuti terus kisahnya dalam part II
Salam literasi
Salam Sastra
Salam Fastabiqul Khairat
Komentar
Posting Komentar