RESEP MENULIS BAGI PENULIS-PENULIS MUDA

Ada beberapa resep menulis bagi Anda penulis-penulis muda dari seorang Fira Basuki, penulis produktif yang telah banyak melahirkan karya tulis terbaik (best seller) dan banyak mendapatkan penghargaan nasional-internasional. Saya kutip dan ketik ulang dari buku terbarunya berjudul FIRA DAN HAFEZ yang baru terbit tahun 2013 ini. Selamat membaca. Berikut beberapa poin penting resep menulis itu:

  • Menulislah dari hati. Tanpa paksaan.
  • Menulis tanpa keinginan terselubung, misalnya semata-mata ingin terkenal tanpa kerja keras dan kontinuitas. Anggap saja terkenal itu bonus dari Tuhan. Apalagi jika dijadikan tujuan utama, pasti akan stres. Banyak penulis muda berjaya di buku pertama dan dipuja-puji karena banyak pembacanya, lalu ia menghilang karena tidak sanggup lagi berkarya. Habis-habisan di karya pertama, lalu stres, dan vakum. Menulis kok dijadikan beban.
  • Tanya ide dari mana? Kalau dari rumah saja tidak ke mana-mana dan tidak bergaul dengan siapa-siapa, pun tidak baca apa-apa, jangan harap ada ide. Ide bisa dari mana saja, dari mengobrol dengan sesama, dari pengalaman, dari mimpi, dari imajinasi, banyak sekali. Dari mimpi misalnya, siapa yang tidak pernah mimpi terbang? Saya pun pernah, dan di mimpi setelah terbang saya “nangkring” di atas atap... maka jadilah akhir dari trilogi saya terinspirasi dari itu. Imajinasi? Harry Potter, Startrek, Starwars, banyak! Tidak ada yang tidak mungkin dari imajinasi!
  • Banyak karya atau tulisan bagus tidak terbit karena mengirimkan karyanya ke penerbit yang salah. Pelajari dulu sebelum mengirimkan naskah tulisan, apakah penerbit yang dituju adalah penerbit yang sevisi? Banyak penerbit baru yang memfokuskan diri di beberapa genre buku, misalnya khusus buku remaja, buku agama, buku budaya, dan lain-lain. Kalau misalnya karya Anda bisa dibilang bergenre pop, tapi dikirim ke penerbit yang mengkhususkan diri menerbitkan buku-buku agama ya tentu tidak klop, jangan heran kalau ditolak.
  • Kalimat pertama dan paragraf pertama dari sebuah buku amatlah penting. Bayangkan, ibarat pintu yang bercat indah atau berdekorasi indah, pasti Anda penasaran untuk mendekat dan mungkin bahkan membukanya, bukan? Normalnya untuk bisa terbit, jumlah halaman ketik sebuah naskah fiksi minimal 100 halaman. Setebal itu Anda mengharapkan orang akan tertarik terus membaca dari halaman ke halaman dengan setia? Bagaimana kalau dari awal pembukanya saja sudah tidak menarik? Kalimat pembuka yang menarik adalah yang membuat penasaran atau menarik perhatian. Contoh: “Mati.” Semua orang berpikir itu bukan? “Nah, sudah pasti pembaca akan berpikir. “Maksudnya apa? Buku ini bahas kematian? Atau bagaimana?”
  • Jadilah diri sendiri, memiliki ciri khas lain. Dunia sastra sudah memiliki Budi Darma, Sapardi Djoko Damono, Arswendo Atmowiloto, hingga Ayu Utami dan Dewi Lestari, juga Fira Basuki. Jadilah diri Anda sendiri, dengan gaya Anda. Saya sendiri berangan-angan, suatu hari nanti meski nama saya tidak tercantum pada cover buku, begitu orang membaca langsung bisa tahu bahwa itu adalah karya saya –hanya dengan mengenali cara bertuturnya.
  • Memberi sesuatu pada pembaca. Mumpung memiliki kesempatan berbagi ilmu, gunakan sarana ini untuk berbagi melalui tulisan. Jika Anda memiliki keterampilan khusus dan membuat buku nonfiksi, buatlah sebaik mungkin dengan visual yang indah dan jelas jika diperlukan. Jika Anda penulis fiksi, jangan ragu menyampaikan pesan moral atau pengetahuan di karya tulis Anda. Kalau Anda enggan atau khawatir dianggap menggurui, paling tidak buatlah tulisan Anda bisa menghibur orang lain. Pokoknya sesuatu yang bermanfaat untuk sesama.
  • Jangan sombong, apalagi melupakan mentor Anda. Bukannya saya ingin diingat-ingat, tapi beberapa penulis awal ada yang minta komen saya untuk mendongkrak penjualan bukunya –mungkin. Setelah dikenal, saya tidak dianggap, dalam arti bertegur sapa pun basa basi sudah tidak pernah. Saya tidak mau jadi orang seperti itu. Saya akan selalu ingat para mentor menulis saya, guru, dan endorser saya, Bapak Budi Darma, Sapardi Djoko Damono, Mas Jeihan, Arswendo Atmowiloto, dan Joko Pinurbo. Bahkan dengan Bapak Sapardi, Bapak Budi Darma, dan Mas Jeihan saya rutin mengobrol entah via telepon, SMS, atau pertemuan. Mereka sumber ilmu pengetahuan dan pengalaman, saya banyak belajar dari mereka. Sampai kapanpun saya anggap mereka para guru saya. Ketika cibiran atau cemooh datang, saya belajar pada guru saya yang lain Mas Alexander Sriweijono, yang berkata, “Yang bisa merendahkan saya hanya Tuhan dan diri saya sendiri.” Atau setiap saat mengobrol dengan mentor dan sahabat saya Wimar Witoelar, yang selalu berkata, “Life is great with the right perspective.”
  • Jangan membatasi diri dan berkata “tidak mungkin”. Saya ingin menjadi penulis dunia yang karya-karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa. Anda pikir J. K. Rowling menjadi besar begitu saja? Semua dimulai dari mimpi. Rajinlah menulis, kalau bisa menulis dalam bahasa lain juga. Perluas pergaulan, siapa tahu bisa ikut ajang lomba di luar negeri dan kenal dengan beberapa orang penting di industri penulisan sehingga Anda bisa direkomendasikan ikut festival menulis di luar negeri. Seru kan?
  • Jangan menganggap penulis lain adalah pesaing Anda. Anggap saja hasil karya tulisan itu masakan, tentu ada orang yang suka gado-gado atau suka pizza. Anda tidak bisa memaksakan selera orang. Kalau Anda tidak menemukan rasa masakan yang Anda inginkan, buatlah masakan Anda sendiri, pasti ada orang yang akan mencicipi dan menyukai hidangan Anda. Penulis lain itu memperkaya rasa Anda.
  • Terus berkarya. Satu karya tidak akan menjadikan Anda penulis. Kalau Anda suka menulis, menulislah terus, berkaryalah terus. Apapun karya Anda pasti ada pembaca, seperti keterangan di atas.

Komentar

Terbaru

Latihan

Warjito (Sebuah Memori dalam Puisi)

Yang Terserak Hilang Jejak