Ada yang sahur di siang hari Terang dan sembunyi tiada permisi Ada yang mencekik rokok berkali-kali Asap tengil dihempas ke udara tinggi Tak kuasa jalani puasa penuh sehari Jadi manis kilah aneka alibi Terus berulang setiap hari Balada ramadhan di negeri ini Acapkali mengguratkan sketsa ironi Niat suci hanya singgah di lidah lalu pergi Meninggalkan legam catatan hati Masih nikmatkah kelak hari kemenangan? Bila melawan nafsu hanya sebatas latihan Rasa malu berulang diterabas tak berkesudahan Sementara iblis terpingkal menyaksikan di persembunyian Tangerang, 17 Maret 2024
Dalam sudut pandang saya, mengenal sosok Arji adalah anugerah. Ia adalah salah satu kader terbaik yang pernah saya kenal. Sosok yang sederhana, super aktif, kritis, suka baca buku, smart , punya rasa ingin tahu yang luar biasa, teguh pada pandangan/penilaiannya (meski terkadang menjengkelkan), bersedia menerima nasihat dan bimbingan seniornya. Lebih dari itu, ia pun sosok yang puitis, meski tak banyak yang tahu soal itu. Sikapnya yang calm , menenggelamkan sisi berapi-apinya dalam berargumen di arena diskusi, karena (setahu saya) dia adalah pribadi yang sulit dipotong sejenak manakala sedang berbicara. Dimensi puitis itulah yang masih terekam jelas dalam benak saya selama ini. Tahun 2007 lalu, saya bersama beberapa kader pilihan menginisiasi berdirinya Lembaga Sastra Tinta, antara lain: Warjito, Imamul Hafidin, Rini Setiani, Tole, Viva Faronika, Irma Tazkiyya, Mayang Maharani, dan lainnya. Dalam kurun 2 tahun pasca berdirinya lembaga tersebut, telah banyak ...
Dalam perjalanannya, bisa dikatakan menulis tak pernah menjadi pekerjaan yang mudah. Selalu ada pengalaman dan rintangannya sendiri. Selalu ada liku, duka, dan kesenangannya sendiri. Tapi di sanalah letak asyiknya menjadi seorang penulis. Selalu ada ruang yang begitu besar untuk terus belajar, menjadi diri sendiri, berani menuangkan ide, menawarkan gagasan pun memberikan warna yang berbeda. Saya sendiri dalam perjalanan panjang kepenulisan lebih banyak belajar secara otodidak. Mulai serius mendalami sastra puisi sejak di dunia perkuliahan, tepatnya sejak aktif di organisasi ekstra kampus IMM Ciputat. Meski bertumbuh di lingkungan yang kental dengan dunia menulis dan literasi, serta dibekali jejak para senior dan kawan yang sangat produktif menulis di media massa, tapi saya akhirnya lebih memilih jalan sunyi. Banyak membekali diri dari buku-buku sastra yang dibaca, baik cerpen, novel, fabel, maupun puisi. Tapi tentu tak hanya buku sastra, buku dengan topik sains, sosial, budaya, sampai...
Komentar
Posting Komentar