Merindu Muhammad, Kekasih Allah

Nur itu terlahir ke bumi
Anugerah sang ayah Abdullah dan bunda Siti Aminah
Telah lama semesta rindu menanti
Berangus pekat penuh laknat
Sudahi dzhulumaat rasam jahiliyah
Terangi liku amanah, pikul titah Tuhanmu
Tatkala Jibril merapal risalah-risalah ilahi
Genapi usiamu cukupkan bakti
Bersama Khadijah terkasih
dan para sahabat setia mengabdi
Di tanah Makah negeri jazirah

Perangaimu rajam pongah amukan kalut
Lakumu redupkan durja tebasan maut
Sabar merajut damai,
merantai kepal
Meski selalu berbalas luka mencabik duka
Dilempar kotoran,
bongkahan,
kutukan,
atau sekadar ludah kebencian
Tak surut tekad benamkan murka
Redam api rengus,
taburi butir embun ketabahan
Seindah kalam suci ilahi,
tak jua jemu gontai kau ajarkan
Meniti setapak jalan shirathal mustaqim

Langit fajar seraya bertasbih
Sepanjang bisik malam lirih menemani
Di hamparan khusyu sujudmu kekasih Allah
Tak kelam doa iringi bara Jihad fii Sabilillah
Meski ma’sum garansikan usiamu
Hingga ajal hadirkan langit kelabu
Sungguh engkau tak pernah lupa
Gelisah nafas abdi setiamu
“Ummati, ummati, ummati....”

Kini tersisa dua perkara abadi
Tak sesat ditikam tempuling prahara,
tak lekang dilumat gerigi masa
Ketika iman dan takwa,
terpatri kukuh di belukar jiwa
Al-qur’an dustur hidup umatmu
As-sunnah qudwah pelita teladanmu
Menjadi syafaat di padang mahsyar Ilahi Robbi
Semoga dalamnya renjana ini,
Meski rikuh tak pantas bercermin diri
Penuh dosa ladahi sucinya hati
Lewati gapura lancung dunia
Namun ku yakin pada mahabah cinta-Nya
Hantarkan bersua Nabi Muhammad kekasih Allah
Di hamparan elok raudhatul jannah


Tangerang, 01 Maret 2012

Puisi ini dimuat dalam buku Antologi Puisi Merindu Rasul Dalam Sajak

-----------------------------


-----------------------------

Komentar

Terbaru

Latihan

Warjito (Sebuah Memori dalam Puisi)

Yang Terserak Hilang Jejak