Aku Adalah Si Tua Bangka
Aku adalah senja
Mengembara hingga musnah dilumat gulita
Kembali tersungkur di tepian dengkur kota
Bila waktu selesai membunuh raung lapar mengiba
Sebab hidup telah buatku lupa nisbi dunia
Aku adalah pagi
Diletup sunyi raga ini lekas berlari
Memintal debu karunia menyemai pasir-pasi rizki
Bila nafas terbenam rayuan delusi
Cukuplah doa-doa kecil lelapkanku di pelukan ilahi
Aku adalah si tua bangka
Menyulut nanar matamu penuh prasangka
Di kolong-kolong kotor jembatan tua
Di persimpangan jalan riuhnya kota
Di sesaknya peluh bus-bus raksasa
Kubagi lantunan sumbang gitar menyapa
Menawarkan seteguk jujur tanpa dusta
Aku adalah mereka
Yang mudah saja kau tikam dengan ludahmu tuan
Yang mudah saja kau bunuh dengan angkuhmu nyonya
Aku adalah mereka
Sebait sajak yang biasa kau lupa
-------
Tangerang, 29 Juni 2013
Mengembara hingga musnah dilumat gulita
Kembali tersungkur di tepian dengkur kota
Bila waktu selesai membunuh raung lapar mengiba
Sebab hidup telah buatku lupa nisbi dunia
Aku adalah pagi
Diletup sunyi raga ini lekas berlari
Memintal debu karunia menyemai pasir-pasi rizki
Bila nafas terbenam rayuan delusi
Cukuplah doa-doa kecil lelapkanku di pelukan ilahi
Aku adalah si tua bangka
Menyulut nanar matamu penuh prasangka
Di kolong-kolong kotor jembatan tua
Di persimpangan jalan riuhnya kota
Di sesaknya peluh bus-bus raksasa
Kubagi lantunan sumbang gitar menyapa
Menawarkan seteguk jujur tanpa dusta
Aku adalah mereka
Yang mudah saja kau tikam dengan ludahmu tuan
Yang mudah saja kau bunuh dengan angkuhmu nyonya
Aku adalah mereka
Sebait sajak yang biasa kau lupa
-------
Tangerang, 29 Juni 2013
Komentar
Posting Komentar