Jas Merah, Saatnya Bergerak Menembus Riak

Mahasiswa
Kala itu kita pernah bersua
Di beranda ruang-ruang kota
Kerontang daksa itu meringis miris
Koyak nurani menohok ulu hati
Merapal sketsa buram wajah negeri
Terbunuh sengap diracun bulir mimpi
Nyatanya kosong tak berisi
Secangkir kopi lebih nikmat di antara selaksa ironi
Dan engkau, jadi senja pelipur lara

Mahasiswa
Kala itu kita pernah bersumpah
Di depan nisan yang kini menjadi sampah
Dirajam peluru bedil-bedil serakah
Mati dan hening dipenggal wajah-wajah pongah
Guratkan bilur yang menjadi dengkuran kubur
Tiada saksi senyum pun terasa lacur
Dan engkau, jadi meriam robohkan diam

Jas Merah
Bukankah itu masa lalumu?
Lenyap digerus acuh dan culas
Kini tersisa geliatmu yang malas
Tak peduli bisik keluh semakin mengeras
Di antara denyut umat warna perjuangan itu
Menanti selembar naungan kabar
Atau secawan telaga redakan dahaga mereka

Jas merah
Bukankah usia mudamu isyaratkan asa?
Meredah durja air mata di sana
Terangi suram langit-langit kelam
Ledakkan gelora redupkan bara angkara
Bukan tentang siapa kita
Saatnya bergerak menembus riak
Menantang gemuruh kobarkan panji-panji ikatan
Di bentang nafas jihad Fastabiqul Khairat
------
Ciputat, 23 April 2012

Komentar

Terbaru

Latihan

Warjito (Sebuah Memori dalam Puisi)

Yang Terserak Hilang Jejak