Banjir Ibu Kota

Banjir itu
Menggenang di sekujur ibu kota
Melahap tangis jalanan bising mesin tak bersuara
Melumat sorak jelata terbujur di tenda-tenda duka
Atau sungai hantarkan tiba-tiba ombak bencana
Dimalam buta, dipagi gulita, disore merayap pun melata

Hujan itu
Menampar Jakarta lumpuhkan selaksa bingar
Tertinggal tubuh-tubuh gigil kian terkapar
Atau mayat-mayat si kecil dan si tua hanyut terdampar
Tergurat di halaman depan surat kabar
Menghapus titik berganti koma di lembaran putih kanvas sabar

Nestafa itu
Mungkin sedikit saja Tuhan hendak menguji
Menegur sapa jiwa-jiwa suci
Di antara uluran tangan redakan lengking tangis meninggi
Atau syukur dan sabar dilebur enigma hari

Doaku
Semoga lekas nelangsa itu pergi
Kembali tersenyum menatap detik waktu berganti
------
Tangerang, 17 januari 20013

Komentar

Terbaru

Yang Terserak Hilang Jejak

Puisi : Eksistensi Dialektika Nurani

Wiji Thukul : Bara di Bait Sajak-Sajakmu Tak Akan Pernah Padam